Sunday, October 30, 2011

Equitas Merk

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYmLPO6ZOtLMPIRr98G3puiLlPvWem1VjxuBLs03rx5Lqc6nNHdydMMQ_pw0O4LzCQeOrPWMqUPLdbpWSzZt8GndiJf-bpR1Q_uPrpaDBcWSZOsVxW5_KEj-YAVBhTchCT8-Vro_N-KN5n/s320/Converse_logo.jpg
Konsep Dasar

Dahulu, industri sepatu tidak pernah menyediakan sepatu khusus untuk olahraga. Hanya ada perusahaan yang menyediakan sepatu yang solnya terbuat dari karet. Akhirnya seiring berjalannya waktu, ada sebuah perusahaan yang memiliki ide kreatif untuk mencampur sepatu yang berbahan dasar karet dengan kanvas. Dan akhirnya sepatu itu disebut sneakers. Kemudian pada suatu hari, ada seorang pemain basket yang menggunakan converse sebagai sepatu untuk dia bertanding di arena basket. Pemain basket ini kemudian mempromosikan sepatu berjenis ini ke hampir semua pemain basket, anak-anak remaja, hingga cultural rebels. Percaya atau tidak, dia telah menjual di lebih dari 700 juta sepatu converse dalam waktu 50 tahun. Dulunya, sneakers menjadi lambang dari rebellion (jiwa pemberontak), para rock&roll, dan sepatu favorit para remaja saat ini. Hampir semua pelajar memakai sepatu jenis sneakers karena selain modis, harga sepatu ini bersahabat dengan dompet. Oleh karena itu, converse sekarang menjadi sepatu yang paling dicari oleh para remaja.

Brand Equity
Brand Loyality (Loyalitas Merk)

Pada era modern seperti sekarang ini, banyak perusahaan yang menyediakan sepatu dengan kualitas sama seperti converse. Bentuknya pun tak jauh berbeda, ini hanya soal merk. Tapi kebanyakan anak muda yang perekonomiannya termasuk cukup, mereka lebih memilih untuk membeli Converse dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis, padahal dari segi harga, Converse tidak bisa terhitung murah tapi juga tidak terhitung terlalu mahal. Anak muda biasanya lebih memilih Converse dikarenakan menurut mereka, dengan menggunakan Converse, mereka akan lebih merasa bangga dalam menggunakannya dan mereka dapat mengekspresikan siapa dirinya. Brand loyalty tidak dapat dibangun hanya dengan mengandalkan iklan atau menambahkan kualitas, tapi Converse harus bisa menempatkan diri di tempat terbaik di benak konsumen dan dapat menciptakan total experience terhadap calon konsumennya.

Name Awareness (Kesan Nama)

Nama Converse diambil dari nama pendiri Converse itu sendiri, yaitu Marquis M. Converse.

Perceived Quality (Kesan Kualitas)

Meskipun harganya mahal, namun Converse adalah sepatu yang sudah terbukti keawetannya. Sewaktu saya SMA, sepatu sekolah saya tidak pernah ganti. Selama 3 tahun sepatu yang saya gunakan adalah Converse dan itu benar-benar awet, padahal sepatu itu saya gunakan setiap hari full dari hari Senin sampai Jumat. Bahkan jika sekarang (masa kuliah) saya ingin menggunakan sepatu itu lagi, saya bisa saja menggunakannya saat kuliah, karena sepatu itu belum rusak dan masih pantas untuk digunakan. Oleh karena itu, Converse telah menunjukan kualitasnya dengan harganya yang agak sedikit lebih mahal dibandingkan dengan sepatu sejenisnya. Apalagi modelnya yang bersahabat dengan anak muda, memiliki bermacam-macam warna, dan nyaman untuk digunakan. Ini membuat banyak anak muda percaya dengan kualitas Converse.

Brand Associations (Assosiasi Merk)

Converse memiliki salah satu tagline yang berbunyi, "It's Converse For Comfort!". Hal ini bukan hanya bualan semata, karena hal ini juga dapat dibuktikan dengan sepatu Converse yang memang nyaman digunakan saat kita memakainya. Dan juga model Converse yang 'anak muda banget' juga dapat disesuaikan dengan segala situasi, baik untuk olahraga, trend, sekolah, maupun rock and roll ataupun hip hop.

Daftar Pustaka

http://ungumelulu.blogspot.com/2011/04/membangun-brand-equity-dari-dimensi.html
http://archive.kaskus.us/thread/2515763

Sunday, October 16, 2011

Definisi Positioning

Definisi Pertama

Hermawan Kertajaya :
"Positioning adalah salah satu bagian dari elemen strategi pemasaran agar target pasar (konsumen) mempunyai presepsi yang dapat membedakan suatu produk dari produk para pesaing. Tanpa adanya perbedaan yang jelas, maka produk perusahaan akan dianggap sama dengan produk pesaing."
Definisi di atas mengartikan kalau perusahaan harus bisa menjadi yang berbeda dengan produk pesaing lainnya, karena jika tidak ada perbedaannya, besar kemungkinan kalau calon pelanggan akan meremehkan produk senada yang terutama merupakan produk baru, karena di benak mereka, perusahaan ini hanya menjadi pengekor perusahaan terdahulu.

Definisi Kedua

Philip Kotler (1991 : 302), seorang ahli pemasaran yang terkenal :
"Positioning is the act of designing the company's offer so that it occupies a distinct and value placed in the target customer mind."
Kalimat ini menjelaskan bahwa positioning adalah sebuah tindakan dalam merancang penawaran perusahaan sehingga menempati nilai yang berbeda dan dapat menempatkan diri di benak pelanggan. Dengan kata lain, perusahaan harus bisa menemukan cara untuk bisa membangun image yang baik di benak pelanggannya.

Definisi Ketiga

Al Ries & Jack Trout (1972 : 2) :
"Positioning starts with a product. But positioning is not what you do to a product. Positioning is what you do the mind of prospect."
Kalimat di atas mengartikan bahwa positioning dimulai dari sebuah produk. Tetapi positioning bukan merupakan apa yang kamu lakukan pada sebuah produk, melainkan apa yang kamu lakukan kepada sebuah prospek pemikiran.

Al Ries & Jack Trout (1972 : 21) :
"If you want to be successful in love or in business you must appreciate the importance of getting into the mind first."
Jadi yang dimaksudkan Al Ries dan Jack Trout adalah jika seorang pengusaha ingin berhasil dalam menjalankan usahanya, maka pengusaha itu harus bisa menempatkan produknya di dalam benak calon konsumennya.

Kesimpulan

Dari ketiga definisi positioning yang sudah saya jabarkan di atas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa positioning adalah cara sebuah perusahaan untuk menarik hati pelanggan dan dapat mengambil tahta tertinggi di benak pelanggan. Bukan hal yang aneh jika sebuah perusahaan terus memberikan janji kepada pelanggan untuk menjadi perusahaan yang terbaik, memberikan promosi-promosi, dan mengembangkan jasanya, karena ini adalah sebagian cara yang dilakukan perusahaan untuk menjadi yang nomor 1 ada di benak pelanggan dan dengan cara inilah, perusahaan dapat membangun image di mata pelanggan. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki suatu karakter yang kuat dan menjadi nilai plus dibanding produk pesaing.

Sumber :
  • http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=13&submit.y=28&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F1997%2Fjiunkpe-ns-s1-1997-31491016-14994-konsumen-chapter2.pdf
  • Daru_Kompas+14i.doc